Sabtu, 29 April 2017

SEMANJAT

Wall Climbing adalah olahraga ekstrim memanjat dinding buatan yang menyerupai tebing dan dilengkapi dengan bebatuan buatan untuk pijakan kaki dan tangan atau biasa disebut Point. Olahraga ini merupakan cabang dari olahraga panjat tebing.
Saya adalah seorang mahasiswa yang mengikuti Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam di STBA Yapari-Aba Bandung Yaitu WANASATRYA. Awalnya saya tertarik dalam Divisi Gunung Rimba, namun setelah saya melakukan Pengembaraan Gunung Rimba, saya tertarik untuk mencoba Divisi Rock Climbing.
Pada pertengahan Februari, saya diajak oleh sodara-sodara saya di Wanasatrya yaitu Andi, Mae dan Fida untuk mengikuti Program Wall Climbing di Mapak Alam Unpas. Program ini bertujuan untuk melatih cara memanjat yang baik dan benar dalam teknik, power, serta kedisiplinan. Kami dilatih oleh seorang senior dari Mapak Alam yaitu Om Irman, kami berlatih bersama A Buyung, Ahmad, Danu dan Teh Ocoy dari anak Mapak Alam nya.
Kebetulan pada saat itu di bulan Maret ada sebuah Kompetisi Panjat Dining yaitu Aldakawanaseta Climbing Competition di Kampus UDINUS, Semarang. Kami pun bersungguh-sungguh berlatih untuk mengikuti Kompetisi tersebut. Saya berlatih mulai dari nol, karena ini pertama kali saya memanjat sedangakan sodara-sodara saya sudah mempunyai pengalaman memanjat sebelumnya, dan Alhamdulillah saya bisa mengejar ketertinggalan saya dalam memanjat ini dan dapat mengikuti kompetisi di Semarang nanti.
Kamis, 2 Maret 2017 Saya, Mae dan Andi serta Fida sebagai Manager kami, berangkat dari bandung menggunakan Kereta Api Pasundan menuju Solo, kami menempuh waktu 9 jam hingga sampai di Solo, disana kami menginap semalam dirumah pamannya Andi, hingga esoknya kami melanjutkan perjalanan menuju Semarang.
Sabtu, 4 Maret 2017 adalah babak kualifikasi, kami pun bangun pagi hari dan memulai aktifitas dengan Jogging pagi, lalu sarapan. Karena kami mengikuti kategori Lead Mapala, Kualifikasi Lead Mapala di mulai jam 14.00 WIB. Sambil menunggu kami pun menonton Kualifikasi Lead Umum hingga tiba waktunya kami bertanding, jam 14.00 mulai memasuki ruang Karantina, yang terlebih dahulu bertanding yaitu Mae, dia memanjat dengan maximal, namun sayangnya tidak sampai Top. Kemudian disusul oleh saya, Saya merasa grogi karena baru pertama kali mengikuti kompetisi Wall Climbing ini, karena proses tak akan menghianati hasil, proses saya baru 2 minggu kemarin berlatih dan akhirnya hasil pun tak maximal. Lalu selanjutnya Andi bertanding, dia juga dengan maximal mengeluarkan kemampuannya, namun hasilnya tetap sama, tidak ada yang sampai Top. Setelah kami selesai bertanding kami pun langsung beres-beres dan istirahat sambil menunggu hasil kualifikasi. Kami pun sepakat jika kami tidak Lolos ke babak Final maka kami akan berkunjung ke Jogjakarta, dan hasilnya ternyata benar kami tidak Lolos ke Babak Final. Kemudian kami mencari Mapala terdekat untuk menginap dulu semalam. Kami diantar ke Mapala Shabagiriwana di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, disana kami disambut oleh anak-anak disana dan diajak main mengelilingi kota Semarang, kami mengunjungi Bangunan Tua dan Simpang Lima. Kami merasa lelah dan beranjak pulang hingga tidur.
Esok harinya, Minggu, 5 Maret 2017, awalnya kami langsung berangkat ke Jogja, namun kami masih betah disana, siang harinya kami di ajarkan Ilmu Orienteering dan praktek Orienteering, Game ini sangat seru karena baru pertama kali kami mencobanya. Langit mulai gelap kami pun selesai beraktifitas dan beristirahat.
Senin, 6 Maret 2017 kami pergi ke pasar belanja untuk sarapan, kami membeli kangkung, tahu dan tempe. Kami memasak Tumis kangkung, Orek Tempe dan Tumis Tahu, inilah menu andalan kami di Bandung tepatnya di sekre kami. Kami sajikan hidangan itu untuk anak-anak Shaba agar mencoba masakan ala Bandung, Merekapun dengan lahap memakan masakan kami hingga habis. Waktu sudah siang kami pamit untuk berangkat ke Jogja dan berfoto terlebih dahulu bersama mereka. Setelah di Jogjakarta kami di jemput oleh anak-anak Mapala Silva Gama Universitas Gadjah Mada Jogjakarta dan berkunjung ke Sekretariat mereka, disana kami mencoba memanjat di papan Boulder milik Silva Gama hingga larut malam kami lanjutkan nongkrong di suatu Warkop dan beristirahat di kontrakan mereka.
Selasa, 7 Maret 2017 Kami jalan-jalan di Kota Jogjakarta dan membeli oleh-oleh untuk Sodara kami di Bandung. Sore harinya kami memutuskan untuk pulang ke Bandung, sebelum pulang tak lupa kami berfoto bersama mereka. Lalu kami diantarkan menuju Stasiun Kereta, jam 18.55 Kereta pun mulai berangkat dan kami pamit pulang. Perjalanan yang kami tempuh tak jauh beda sekitar 9 jam hingga selamat sampai di Bandung. Alhamdulillah. kemudian kami pulang ke rumah masing-masing dan beristirahat, karena siang harinya kami langsung memulai aktifitas seperti biasa yaitu kuliah. :)










Rabu, 26 April 2017

Pengembaraan Gunung Karacak


       Pengembaraan merupakan kegiatan lanjutan dari Diklatsar Tahap I, II dan Masa Bimbingan Anggota Muda Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam WANASATRYA. Pengembaraan dilakukan sesuai divisi yang telah dipilih oleh Anggota Muda dalam Masa Bimbingan.
       Anggota Muda yang memilih divisi Gunung Hutan, maka pengembaraan yang dilakukan harus berhubungan dengan kegiatan mendaki gunung, pembukaan jalur pendakian, ataupun pemetaan jalur pendakian. Sehingga penulis melakukan pengembaraan dengan tema Pemetaan Jalur di Gunung Karacak.
       Tim yang akan melakukan kegiatan pengembaraan harus terlebih dahulu memperoleh izin dari Dewan Pengurus serta Ketua Pelaksana Pengembaraan yang bersangkutan.
       Pengembaraan dilakukan dengan tujuan untuk mengikuti Sidang Pengembaraan yang merupakan salah satu syarat wajib menjadi Anggota Penuh Wanasatrya dan untuk menerapkan ilmu-ilmu kepecintaalaman yang telah didapatkan selama Diklatsar Tahap I, II, dan Masa Bimbingan.
       Selama pengembaraan, tim diwajibkan untuk mencatat seluruh kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir, kemudian disusun ke dalam sebuah laporan pengembaraan yang akan berguna untuk menjadi referensi bagi Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam Wanasatrya nantinya.
       Tujuan lain dari pengembaraan ini yaitu untuk mengalihkan jalur pendakian yang berbahaya bagi pendaki karena medan yang terlalu curam, serta memperjelas jalur yang berpotensi menyesatkan.

A. Pra Pengembaraan
       Sebelum pengembaraan dilaksanakan, kami melakukan serangkaian persiapan, antara lain membentuk Tim, mencari referensi mengenai gunung mana yang akan dijadikan lokasi pengembaraan, rapat tim yang dilaksanakan beberapa kali, presentasi mengenai 5W+1H pengembaraan kepada Dewan Pengurus, serta konsultasi dengan para pembimbing dan senior. Kegiatan tersebut telah kami lakukan dua bulan sebelum pengembaraan dilaksanakan.Selama dua bulan itu pun, kami isi dengan latihan fisik berupa olahraga, yang dilaksanakan setiap seminggu dua kali, pada hari senin dan kamis. Simulasi dilakukan satu kali di Gunung Bukit Tunggul, Lembang demi mempersiapkan materi navigasi dan perjalanan alam bebas.
       Satu minggu sebelum keberangkatan, kami telah mempersiapkan logistik serta perbekalan pengembaraan mulai dari konsumsi, PPPK, dan logistik perjalanan alam bebas milik anggota tim pribadi. Persiapan tersebut berupa belanja dan pengumpulan. Dua hari sebelum keberangkatan, setiap anggota tim melakukan karantina logistik dan perbekalan di sekretariat Wanasatrya.

B. Pelaksanaan Pengembaraan
       Pengembaraan Tim Gunung Rimba dilaksanakan selama sebelas hari, pada tanggal 23 Desember 2016 - 2 Januari 2017. Kegiatan pengembaraan kami antara lain:
1. Jum’at, 23 Desember 2016
       Pada siang menuju sore hari kami melakukan pembagian tugas untuk pengurusan transportasi dan pembelian konsumsi. Dari sore hari menjelang malam kami manfaatkan waktu untuk pengecekkan logistik ulang. Karena menurut informasi waktu keberangkatan Elf pukul 00:30 WIB, maka pukul 21:50 WIB kami berangkat menuju terminal elf untuk langsung melanjutkan perjalanan menuju Cilawu. Keberangkatan menggunakan Elf Laksana ini merupakan Plan B, karena sumber A yang sebelumnya akan menggunakan Elf jurusan Cicaheum – Guntur tidak memungkinkan mengingat waktu keberangkatan kami yang larut malam.
2. Sabtu, 24 Desember 2016
       Pukul 04:00 WIB kami sampai di Desa Pangkalan, Kecamatan Cilawu, yang merupakan perbatasan antara Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya. Desa pangkalan ini berbatasan langsung dengan Desa Kersamaju, Kecamatan Cigalontang.
       Desa Kersamaju merupakan desa terakhir menuju kaki Gunung Karacak, sehingga di desa ini lah kami melakukan sosiologi pedesaan dan bermalam di rumah Pak Enuh selaku Kepala Desa Kersamaju. Pada kesempatan ini, tim memanfaatkan waktu untuk melakukan perizinan ke Polisi Sektor Cigalontang dan Kawasan Penguasan Hutan Singaparna. Setelah perizinan selesai dan kami kembali ke rumah Pak Enuh, kami mencoba melakukan navigasi untuk menentukan titik koordinat puncak Gunung Karacak. Namun karena puncakan Gunung yang tertutupi oleh awan, maka kami hanya melakukan orientasi medan. Pada sore hari, kami dipertemukan dengan Pak Engkos Koswara sebagai tokoh masyarakat Desa Kersamaju. Dalam pertemuan ini, kami berdiskusi mengenai sejarah Gunung Satria, sebagai jalur yang akan kami lewati menuju Gunung Karacak.
       Dari beliau pun kami mendapatkan informasi mengenai Gunung Karacak yang belum terdengar pernah ada jalur pendakian.
       Malam hari, kami isi dengan perbincangan santai bersama keluarga Pak Enuh. Saat malam mulai larut, kami mulai briefing dan evaluasi pertama yang membahas tentang pembukaan jalur dan memulai penebasan. Pukul 02:00 kami istirahat dan tidur.
3. Minggu, 25 Desember 2016
       Pukul 05:00 kami bangun dan mulai melaksanakan kegiatan seperti sholat, mandi, masak dan makan hingga pukul 09:45. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju kaki Gunung Karacak melalui perkebunan Gunung Satria. Diperjalanan kami mendapat tumpangan berupa mobil bak terbuka, sehingga kami cepat sampai di Puncak Gunung Satria.
       Ketika di perjalanan menuju Pos Pendakian kami bertemu dengan Pak Asep dan Pak Igan dari Perhutani yang telah membuat janji, dan akan mendiskusikan mengenai pembukaan jalur pendakian Gunung Karacak. Menurut informasi yang kami dapatkan dari Pak Asep dan Pak Igan bahwa sebenarnya jalur pendakian Gunung Karacak telah di buat dua minggu sebelum kedatangan kami. Pak Asep mengerahkan pemuda tukang ojek untuk membuka jalur. Karena Pak Asep juga merupakan Ketua Komunitas Ojeg Desa Dayeuh Manggung maka pembukaan jalur ini beliau dilatarbelakangi dengan habisnya jatah Penumpang Ojeg yang akan mendaki ke Cikuray. Sehingga dengan pembukaan Jalur yang dilakukan, diharapkan dapat mengalihkan minat pendaki agar lebih memilih Gunung Karacak.
       Dari penjelasan yang kami dengar, maka hari itu kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan sesuai arahan dari Pak Asep. Selain itu, keputusan yang kami buat ini pula didasari oleh tidak ingin adanya banyak jalur pendakian di suatu gunung agar tidak membingungkan pendaki.
       Sore hari menjelang malam, kami sampai di Pos Pendakian Gunung Karacak. Pos tersebut berupa saung yang terbuat dari kayu yang diatapi oleh plastik. Saat malam tiba, kami membenahi pos agar nyaman untuk tidur dengan menutupi pos dengan Flysheet. Larut malam, briefing dan evaluasi menjadi hal yang wajib di setiap akhir kegiatan.
4. Senin, 26 Desember 2016
       Pukul 04:30 kami bangun, pagi itu salah satu anggota tim pengembaraan yang bernama Nita Yulistiani mengalami diare dan muntah-muntah. Maka dari itu ia tidak mengikuti kegiatan hari itu dan menunggu di pos/base camp. Sementara itu anggota tim yang lain melanjutkan kegiatan untuk orientasi medan dan melihat keadaan jalur yang telah dibuat oleh rombongan tukang ojeg. Saat di perjalanan, kami mengamati jalur yang ternyata masih belum terlalu rapi dan ada beberapa persimpangan yang dikira dapat membuat pendaki bingung. Tanda yang dibuat oleh pembuat jalur tidak efektif dan banyak merusak pepohonan karena menggunakan cat tembok berwarna merah.
Kami melanjutkan perjalanan hingga sampai di puncak pertama Gunung Karacak. Di puncak tersebut kami melakukan navigasi dan mulai mempersiapkan untuk makan siang. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan dari puncak pertama. Semakin tinggi ketinggian gunung, semakin rapat pula vegetasinya sehingga jalur pun banyak yang kami benahi dengan penebasan. Terdapat pula jalur yang agak curam dan terlalu memutar.
       Saat kami hendak meneruskan perjalanan, salah satu dari kami yaitu Jaber Athalla menemukan kucing hutan di jalur pendakian yang cukup tertutup, sehingga kami memutuskan untuk turun meskipun belum sampai ke puncak yang kedua. Kami sampai di base camp sore hari. Sore sampai malam kami melakukan rutinitas seperti hari sebelumnya.
5. Selasa, 27 Desember 2016
       Sesuai hasil Briefing dan Evaluasi, kami melanjutkan pengukuran dan penentuan titik belok. Anggota yang melakukan pengukuran dan penentuan titik belok yaitu Shofiatul, Nita Yulistiani, Jajang Jamaludin, di temani oleh mentor Ramdhani, dan warga lokal Kang Oim. Pengukuran berjalan lancar hingga samapai di puncak pertama. Perjalanan dihentikan sampai disana lalu turun kembali menuju Base Camp. Namun saat perjalanan Nita kembali merasakan sakit perut karena diare dan mencret sehingga perjalanan terhambat.
       Sampai di base camp Nita merasa lemas dan tidak melanjutkan kegiatan. Ia pun istirahat dan tidur, sementara anggota yang lain melanjutkan briefing dan evaluasi.
6. Rabu, 28 Desember 2016
       Sesuai hasil briefing dan evaluasi pada tanggal 27 Desember 2016, demi memulihkan kesehatan Nita, maka tim sepakat untuk membagi dua kelompok. Nita dan Shofiatul turun ke desa untuk pemeriksaan kesehatan di Puskesmas Cilawu, diantar oleh Pak Asep dan adiknya. Kesempatan turun ke pedesaan kami manfaatkan untuk bersilaturahmi ke kediaman Pak Asep di Desa Dayeuh Manggung serta membeli sayuran segar karena persediaan sayur kami yang hampir habis.
       Sedangkan anggota yang lain yaitu Jaber dan Jajang melanjutkan pengukuran, penentuan sudut titik belok dan melakukan penebasan serta pengalihan jalur, yang di dampingi oleh Pak Oim dan beberapa anggota dari komunitas ojek. Karena mendapatkan bantuan, maka dalam hal penebasan untuk pengalihan jalur sangat terbantu. Dari kegiatan yang dilakukan, data yang dikumpulkan hampir sudah lengkap.
7. Kamis, 29 Desember 2016
       Kami menyepakati bahwa hari tersebut akan kami pergunakan untuk istirahat dan melakukan penggambaran peta secara kasar. Tidak hanya itu, kami pun selalu mengisi obrolan dan diskusi ringan mengenai kegiatan pengambaraan yang sedang kami laksanakan.
8. Jum’at, 30 Desember 2016
       Empat anggota tim pengembaraan kembali melakukan pengukuran dan penentuan sudut titik belok yang belum lengkap. Setelah data lengkap, maka kami kembali ke basecamp untuk melanjutkan penggambaran peta dan menginput data yang sudah lengkap. Hari jum’at ini merupakan hari terakhir kami bermalam di basecamp pos pendakian Gunung Karacak.
9. Sabtu, 31 Desember 2016
       Merupakan hari terakhir di tahun 2016, kami tim pengembaraan dan mentor serta ditemani oleh Pak Oim akan melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Karacak. Namun, sebelum itu kami melakukan persiapan dengan membenahi pos yang kotor karena sampah dan packing. Kami melanjutkan perjalanan dengan membawa logistik pribadi dan logistik kelompok. Setelah itu, kami langsung melakukan perjalanan. Perjalanan kami menuju puncak kami tempuh selama enam jam, termasuk istirahat, masak dan makan. Di sepanjang jalan, tubuh kami di hinggapi pacet yang menghisap darah.
       Sesampainya di puncak, kami istirahat lalu bergegas untuk mendirikan flysheet. Kondisi puncak Gunung Karacak masih ribun tertutupi pepohonan. Hujan deras menemani waktu istirahat kami dari senja hingga malam hari menjelang pergantian tahun 2016-2017. Pada detik-detik menjelang pergantian tahun kami menyalakan Kembang Api sebagai Hiburan dan menyambut kedatangan Tahun Baru 2017.
10. Minggu, 1 Januari 2017
       Kami memanfaatkan waktu yang kami miliki untuk melakukan dokumentasi dan menyanyikan Hymne Wanasatrya. Sebelumya, kami telah packing dan sweeping logistik yang kami bawa. Kemudian kami segera turun dari puncak. Kami gunakan pos pendakian Gunung Karacak sebagai tempat beristirahat untuk terakhir kalinya dalam rangka kegiatan pengembaraan ini.
       Dengan panduan Pak Oim, kami melakukan perjalanan pulang melalui Desa Sirnagalih, dan selajutnya singgah di kediaman Pak Asep untuk bermalam. Dalam perjalanan, kami mendapatkan tumpangan menuju rumah Pak Asep, sehingga waktu tempuh yang kami perlukan tidak terlalu lama.
Menjelang malam, kami berdiskusi mengenai kunjungan terakhir kami kepada Kepala Desa Kersamaju, Pak Enuh sebagai ucapan terimakasih. Hasil diskusi menyatakan bahwa Shofiatul dan Jajang adalah tim yang pergi ke Desa Kersamaju menggunakan motor Pak Asep. Setelah kegiatan telah dilaksanakan seluruhnya, kami pun beristirahat untuk melanjutkan perjalanan pulang keesokan harinya.
11. Senin, 2 Januari 2017
       Pagi-pagi kami melakukan persiapan mulai dari mandi hingga packing. Sebelum kepulangan, kami mengambil dokumentasi bersama Pak Asep. Lalu kami lanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuju jalan raya. Karena bis yang kami tunggu tidak kunjung datang, maka kami memutuskan untuk pulang naik angkot menuju terminal Guntur. Dari terminal Guntur sampai ke Bandung waktu yang ditempuh kurang lebih selama lima jam hingga tiba kembali di kampus STBA Yapari-Aba dengan Selamat.

       Dari perjalanan pengembaraan yang telah dilaksanakan, penulis dapat mengambil simpulan bahwa pengembaraan bukanlah sebuah perjalanan biasa ataupun rekreasi, melainkansuatu perjalanan yang membutuhkan keilmuan, fisik, mental dan materi yang matang. Pengembaraan ialah suatu pengaplikasian materi keilmuan yang di jalani pada masa bimbingan. Dalam organisasi pecinta alam pengembaraan merupakan ujian akhir untuk mendapatkan nomor anggota.
       Pengembaraan Pemetaan Jalur Pendakian Gunung Karacak ini dapat mempermudah pendaki untuk menuju puncak dengan Peta Jalur yang telah digambarkan. Gunung Karacak merupakan gunung yang masih rimbun serta masih banyak hewan liar, oleh karena itu dengan adanya peta jalur Gunung Karacak dapat mengurangi risiko kecelakaan atau tersesat saat melakukan pendakian.

Berfoto bersama Kepala Desa Kersamaju

Navigasi Darat

Mengajarkan Ilmu Navigasi kepada Warga Lokal

Navigasi Darat

Masak & Makan

Base Camp

Mengajarkan Ilmu Navigasi kepada Warga Lokal

Happy New Years 2017

Happy New Years 2017

Happy New Years 2017

Happy New Years 2017

Happy New Years 2017

Puncak Gunung Karacak 1835 Mdpl.

Puncak Gunung Karacak 1835 Mdpl.

Berfoto Bersama Kepala Pangkalan Ojeg
Dayeuh Manggung, Cikuray